WELLCOME

Wa'alaikum salam.
Selamat Datang

Jangan pernah lewatkan isi-isi artikel yang menarik dalam Blog ini. Kasih saran yang membangun. Sisipkan Komentar Kamu di setiap artikel.
Terima Kasih.
Selamat menbaca........

Selasa, 12 Oktober 2010

Olimpiade Internasional Pelajar Indonesia di Olimpiade Astronomi

JAKARTA, darwiz19 - Sebanyak lima pelajar sekolah menengah atas (SMA) Indonesia berkompetisi pada penyelenggaraan Olimpiade Internasional Astronomi dan Astrofisika mulai pekan ini hingga Selasa (21/9/2010) di Beijing, Cina. Tim nasional Indonesia itu bakal bersaing dengan 23 tim lainnya dari 21 negara.
Mereka adalah Raymond Djajalaksana (SMA Ipeka Sunter, Jakarta), Anas Maulidi Utama (SMAN 5 Surabaya), Hans Triar Sutanto (SMAK 2 Petra Surabaya), Ahmad Raditya Cahya (SMAN 1 Yogyakarta), dan Widya Ageng Setyo Tetuko (SMA Taruna Nusantara Magelang).

Suryadi Siregar, pimpinan tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan, saingan berat Indonesia adalah Korea Selatan, India, Cina, Rusia, serta Iran. Pada olimpiade ini, tes yang dijalani yakni teori, pengamatan, praktik pengolahan data, dan kompetisi tim.

Tahun ini, kompetisi antartim merupakan pertandingan yang baru. Pada penyelenggaraan yang lalu, kompetisi tim hanya sebagai pameran dan uji coba.

Selain berkompetisi, peserta juga mengikuti kegiatan ilmiah, antara lain mendengarkan ceramah ilmiah dari astronom profesional dan wisata ilmiah. Kegiatan ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada para peserta tentang simulasi astronomi yang mirip dengan langit sesungguhnya.

Olimpiade Matematika dan Sains Indonesia Incar 4 Medali Emas

DENPASAR (darwiz19)- Menghadapi pelaksanaan Olimpiade Matematika dan Sains Internasional tingkat sekolah dasar yang berlangsung di Denpasar, Bali, 10-16 Oktober 2010 mendatang, kontingen Indonesia menargetkan 4 medali emas. Selain medali, Indonesia juga berharap mampu menjadi juara umum di rumah sendiri.
“Kalau dengan empat medali emas itu kita bisa jadi juara umum, ya, kita harus bersyukur,” ujar Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan Nasional Suyanto usai acara pembukaan, Senin (11/10/2010).

Kontingen Indonesia yang diwakili oleh 44 orang ini terdiri dari 1 ketua tim, 19 peserta Matematika, 18 peserta Sains, dan 6 pengajar akan beradu pintar dengan 8 tim dari negara lain, yakni Malaysia, Singapura, Filipina, Taiwan, Thailand, Iran, Srilanka, serta Brunei Darussalam.

Pada olimpiade kali ini para peserta akan diberi tes teori dan eksplorasi untuk Matematika dan tes teori dan eksperimen pada kategori Sains. Suyanto berharap, dengan mengikuti olimpiade ini kecintaan terhadap Matematika dan Sains dapat dipupuk sejak usia dini.

“Kita berharap kecintaan terhadap Matematika bisa ditumbuhkan sejak dini. Selain itu, tujuan lomba ini adalah bagaimana peserta didik mampu merelasikan matematika dengan dunia kehidupan mereka,” jelasnya.

Kurikulum Metode Asing Belum Tentu Sesuai

Metode-metode pengajaran yang dipraktikkan sekolah akan lebih baik jika tidak terlalu sering berubah apalagi jika sampai digantikan dengan metode asing yang diadopsi mentah-mentah.

Metode pengajaran yang sukses di negara lain belum tentu sesuai dengan budaya dan karakter di Indonesia. Penggunaan suatu metodologi pengajaran tidak bisa gegabah karena metodologi akan berpengaruh pada cara berpikir, karakter, dan budaya suatu bangsa.

Hal ini dikemukakan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di hadapan guru-guru di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (11/10/) kemarin. "Kita harus lebih sering introspeksi. Jangan mudah serta merta mengambil dari luar dan dipakai di Indonesia. Ada syarat-syarat khusus yang tidak selamanya cocok," ujarnya.

Imbauan ini disampaikan karena ada kekhawatiran pada banyaknya guru dan sekolah yang terlalu sering mengganti metode pengajaran dengan metode asing terutama yang dilakukan guru-guru yang baru pulang studi banding di negara lain. "Banyak teman-teman guru yang senang coba-coba metode asing yang mereka pelajari ketika dapat kesempatan ke luar negeri. Tapi hanya coba-coba saja," kata Sugeng, guru SMA di Balikpapan.

Penyesuaian metode pengajaran asing di sekolah terutama juga harus dilakukan sekolah Rintisan Sekolah Berta raf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang membeli lisensi akreditasi dari luar negeri seperti Cambridge. Jika metode asing dipraktikkan mentah-mentah tanpa disesuaikan terlebih dahulu dengan karakter budaya di dalam negeri, di khawatirkan akan terbentuk siswa yang tidak lagi mencerminkan karakter dan budaya Indonesia.

Ide RSBI/SBI juga bukan begitu. Apa yang dikembangkan di Indonesia sesuai dengan standar internasional. "Jadi, tidak selamanya dari luar negeri kita tarik ke sini tetapi bisa juga produk kita diakui sehingga memenuhi standar yang dikembangkan internasional," kata Nuh.

Wassalam

Terima kasih atas kunjungannya. Jangan Lupa untuk meninggalkan Pesan dan Kesan. Kasih coment yach..... Sampai jumpa lagi.