WELLCOME

Wa'alaikum salam.
Selamat Datang

Jangan pernah lewatkan isi-isi artikel yang menarik dalam Blog ini. Kasih saran yang membangun. Sisipkan Komentar Kamu di setiap artikel.
Terima Kasih.
Selamat menbaca........

Sabtu, 25 Juli 2009

NODA HITAM PENDIDIKAN INDONESIA

Masih teringat dibenak kita, bahkan masih begitu segar terngiang di pikiran kita. UJIAN NASIONAL 2009, dengan syarat nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya, ternyata tercatat ada 33 SMA, 1 SMK, dan 19 SMP yang siswanya tidak lulus UJIAN NASIONAL 100%.

APA PENYEBABNYA?
Ada beberapa sebab kenapa sekolah tersebut siswanya tidak lulus.
1. Kesalahan distribusi soal. Soal yang dikerjakan siswa ternyata kode soalnya salah. Padahal tiap daerah kode soalnya berbeda.
=> Tidak adakah orang yang bisa bekerja profesional, sampai-sampai sebuah Instansi pemerintah yang mengurusi bidang pendidikan tetapi bisa membuat kesalahan yang sangat fatal.
2. Siswa yang terlalu percaya dengan kunci jawaban palsu yang beredar.
=> Dimana kepercayaan diri pelajar Indonesia? Mereka ternyata lebih percaya dengan kunci jawaban palsu yang tidak jelas asalnya darimana daripada percaya dengan apa yang mereka dapatkan selama 3 tahun. Ironis memang. Tapi inilah mental sebagian pemuda Indonesia sekarang. Gimana mau maju kalau pemudanya saja tidak bisa jujur dan tidak percaya diri.
3. Niat baik hati guru yang pengen anak didiknya lulus dengan cara mengganti lembar jawaban yang isinya pekerjaan siswa dengan lembar jawaban yang sudah dikerjakan guru tersebut.
=> Ada sebuah pepatah mengatakan ” Guru kencing berdiri murid kencing berlari”. (ini bukannya aturan lho, bukan berarti begitu melihat ada seorang guru laki-laki kencing dalam posisi berdiri terus kamu langsung kencing sambil berlari-lari). Artinya guru adalah panutan seorang siswa. Jika guru saja mengajari siswa untuk tidak jujur, dari mana kita akan belajar tentang kejujuran?

FAKTA
Ada beberapa kenyataan yang membuat hati saya trenyuh. Ini adalah kenyataan yang benar-benar aku alami.

Beli Kunci Jawaban
Pada waktu selesai pengumuman Ujian Nasional 2008 yang lalu, aku mendapatkan pengakuan yang sangat mengejutkanku. Seorang siswi SMA swasta di sebuah kabupaten di Jawa Tengah bilang kepadaku. Dia bilang teman satu sekolahnya membeli kunci jawaban Ujian Nasional untuk materi matematika dengan harga Rp 1.000.000,00 per soal atau Rp 40.000.000,00 untuk satu paket soal matematika. Bagaimana caranya mereka mendapatkan uang tersebut? Ternyata mereka mendapatkan uang sebanyak itu dengan cara patungan, yaitu masing-masing siswa mengumpulkan uang Rp 200.000,00 dengan jumlah 200 siswa di sekolah tersebut.

Kecurangan yang Sistematis
Setahun kemudian, Ujian Nasional 2009 yang sampai ini masih kontroversial, ternyata memang juga ada kecurangan. Bahkan pengakuan dari seorang siswa SMP swasta di sebuah kota kecil di Jawa Barat bilang sama saya, ”Mas aku yakin lulus mas walau aku gak belajar. Karena nanti kalau tidak lulus, kepala sekolahnya akan diganti dan walikotanya akan malu”.
Inilah kenyataan yang ada saat ini. Kecurangan dibungkus dengan rapi dan sistematis. Bupati/ walikota memerintahkan semua lapisan: kepala sekolah, guru, pengawas ujian dan pihak terkait lainnya untuk berbuat curang dengan alasan kalau sampai ada yang tidak lulus, maka yang malu adalah bupatinya. Akhirnya waktu pendistribusian soal, ada seseorang yang mencuri soal untuk dikerjakan oleh guru. Kemudian kunci jawaban tersebut dikasihkan ke kepala sekolah-kepala sekolah yang selanjutnya setiap kelasnya dipilih satu koordinator untuk di sms kunci jawaban dan dikasihkan ke teman-teman sekelasnya.

Kenapa Bisa Kecolongan, kan Pengawasannya Ketat?
Namanya juga sistematis. Semua pihak bekerjasama untuk keberlangsungannya.

Pendidikan Korupsi
Secara tidak langsung pemerintah dan guru mengajari siswanya untuk tidak jujur dan menumbuhkan mental korupsi. Gimana Indonesia mau bebas korupsi kalau calon pemimpin bangsa saja sudah diajari untuk berbuat curang?

SOLUSI
Tidak seharusnya kita mengajari pemuda generasi penerus kita dengan hal-hal yang tidak baik. Kalau pengin mereka bisa lulus, kasih mereka motivasi untuk belajar, berilah fasilitas pendidikan yang memadai, tingkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Pendidikan Gratis bukanlah solusi terbaik. Kita butuh pendidikan yang murah tapi berkualitas. Daripada pendidikan gratis tapi mengurangi motivasi belajar siswa. Mereka menganggap lulus atau tidak lulus tidak ada ruginya, karena sekolah tidak bayar. Menghapus Ujian Nasional? Ha..ha...hanya orang aneh yang punya pikiran untuk menghapus Ujian Nasional. Ada Ujian Nasional saja motivasi belajarnya rendah, bayangkan saja kalau tidak ada Ujian Nasional, mau dibawa kemana pendidikan Indonesia?

Minggu, 19 Juli 2009

Memanfaatkan Sampah Jadi Berguna


KOMPAS/PINGKAN ELITA DUNDU

Oleh Pingkan Elita Dundu

Barang-barang yang sudah tidak terpakai dan terbuang di tempat sampah bisa dijadikan kerajinan tangan yang menarik. Dengan sentuhan kesabaran dan balutan kreativitas, barang-barang bekas ini dapat dibuat produk baru yang berdaya guna.

Kreativitas dengan memanfaatkan barang bekas digaungkan dalam Lomba Kreativitas Barang Bekas di SMP Al-Muttaqin, Minggu (14/9). Lomba diikuti murid SMP Al-Muttaqin.

Gelas plastik kemasan air mineral yang tidak terpakai dimanfaatkan sekelompok murid sebagai bahan dasar membuat kerajinan tangan. Selanjutnya, barang bekas yang tadinya terbuang di tempat sampah ini diberi variasi kain perca dan dus kotak kue sehingga menjadi sebuah tempat buah yang menarik.

Tampak sederhana. Namun, dari produk itu terpancar sebuah kreativitas. Tidak salah jika juri akhirnya menetapkan tempat buah dari gelas plastik, kain perca, dan dus kotak kue sebagai juara pertama pada lomba yang diselenggarakan Sampoerna Foundation Scholars Club (SFSC) Jakarta, sebuah organisasi nirlaba yang merupakan afiliasi dari Putera Sampurna Foundation (PSF).

Juri juga tertarik atas produk hiasan dinding dengan memanfaatkan kaleng susu kosong yang digunting menjadi cabikan-cabikan kecil. Selanjutnya, potongan-potongan kecil itu dilekuk-lekukkan dan menjadi sebuah hiasan dinding. Sebuah rumah cantik yang dirangkai dari sedotan plastik minuman juga mencuri perhatian para juri.

Untuk setiap produk ini, juri memutuskan hiasan dinding dari kaleng susu menggondol juara kedua dan rumah dari sedotan plastik minuman sebagai juara ketiga.

Masih ada satu karya yang cukup menarik, yakni miniatur perahu dari sedotan plastik minuman. Karya ini berukuran panjang satu meter dan lebar bervariasi hingga 30 sentimeter. Namun, karya dari kelompok yang terdiri dari sejumlah murid perempuan itu tidak menjadi pilihan para juri sebagai juara pertama, kedua, atau ketiga dalam lomba itu.

Dalam karya itu memang tercermin adanya kreativitas dari murid. Untuk merangkai sedotan plastik menjadi miniatur perahu ini tidak mungkin menggunakan bahan baku berasal dari barang bekas karena membutuhkan sedotan dalam jumlah banyak, kata Humas SFSC Jakarta Lusiana Dlorita.

Selain lomba, di tempat yang sama SFSC Jakarta juga menggelar workshop usaha kecil dan menengah tentang pembuatan sosis dari bahan dasar kedelai. Workshop ini diikuti para perempuan yang tergabung dalam komunitas Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, sebagai binaan SFSC Jakarta.

Sejak SMP

Tidak muluk-muluk. Aktivitas SFSC Jakarta yang terdiri dari sejumlah mahasiswa penerima beasiswa Putera Sampurna Foundation ini ingin menumbuhkan kreativitas di kalangan pelajar tingkat SMP.

Maka, kumpulan orang muda ini berkomitmen akan terus berkesinambungan memberikan kontribusi nyata dalam memajukan dunia pendidikan. Adanya kreativitas memacu anak-anak berusia sekolah, kelak mereka diharapkan mampu menciptakan lahan pekerjaan baru, kata Lusiana.

Bersamaan dengan lomba kreativitas ini, secara berkala, setiap tiga bulan sekali aktivis tersebut menyelenggarakan aktivitas sosial kepada masyarakat. Tujuannya adalah pemberdayaan perekonomian rakyat dalam cakupan industri rumah tangga sehingga membantu masyarakat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kualitas kehidupan warga.

Wajar saja, SFSC Jakarta ini memilih komunitas warga Kelurahan Kapuk Muara sebagai sasaran pemberdayaan kali ini. Selain karena tingkat sosial ekonomi sangat rendah, yang lebih memprihatinkan lagi adalah komunitas suburban ini tinggal bersebelahan dengan sebuah wilayah permukiman elite.

Wassalam

Terima kasih atas kunjungannya. Jangan Lupa untuk meninggalkan Pesan dan Kesan. Kasih coment yach..... Sampai jumpa lagi.